Hard News

Dulu Desa Miskin, Kini Omzet BUMDes Ponggok Capai Rp12 M

Jateng & DIY

14 November 2017 16:42 WIB

Kantor Kepala Desa Ponggok (solotrust-joko)

KLATEN, solotrust.com – Keberadaan Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten kini menyedot perhatian banyak kalangan. Desa Ponggok yang dulu dikenal sebagai desa miskin, justru telah memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan omzet mencapai Rp12 miliar. Maka tak heran jika hampir setiap hari desa ini dihampiri oleh aparat desa yang ingin belajar mengelola BUMDes.

Kali ini, Selasa (14/11), kunjungan datang dari 81 BUMDes se-Jawa Tengah dan DIY. Mereka adalah peserta kegiatan BUMDes Talk yang digelar oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Gadjah Mada (UGM) di Solo sejak kemarin. Kedatangan mereka adalah untuk melihat dan bertukar pengalaman langsung terkait keberhasilan BUMDes bernama Tirta Mandiri ini.



"Ponggok dulu masih tertinggal, potensinya belum tergali. Dulu tahun 2007 ketika kami awal menjadi Kepala Desa kami bingung, Ponggok ini banyak air, tapi kami bingung mau mengolahnya seperti apa," ujar Kepala Desa Ponggok Junaedi Mulyono di hadapan peserta BUMDes Talk.

Mulyono mengatakan, untuk mengembangkan BUMDes, hal yang pertama dibutuhkan selain potensi adalah permasalahan dan data. Dalam hal ini ia meminta kerja sama dari LPPM UGM untuk mengirimkan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik di desanya hingga tiga tahun berturut-turut. 

Adapun KKN pertama fokus pada penelitian permasalahan desa seperti kemiskinan, pengangguran, dan sebagainya. Selanjutnya KKN kedua fokus pada potensi desa, kemudian KKN ketiga fokus pada pemberdayaan ekonomi.

"Akhirnya kami dulu berpikir bagaimana mengolah ini seperti skripsi. Ada tantangan, banyak pengangguran, banyak rentenir, akhirnya kami bersurat ke UGM minta diadakan KKN tematik. Kami ajak untuk penelitian masalah yang ada. Karena kalau mau pengembangan, maka data yang diperlukan," terang Junaedi.

Ia mengakui bahwa menjadikan BUMDes berhasil bukanlah pekerjaan yang mudah, sehingga butuh komitmen besar untuk menjalankannya. Maka tidak heran jika banyak desa yang kebingungan dalam mengelola BUMDes.

"Nah ini harus dikembalikan ke tujuan visi dan misi desa. Dari sini kita akan ketemu potensi desa mau diolah seperti apa," ujar Junaedi.

Di sisi lain, Direktur Utama BUMDes Tirta Mandiri Joko Winarno mengatakan, BUMDes yang telah memiliki 13 unit usaha tersebut telah dikelola secara profesional. Tahun 2015 BUMDes tersebut mampu meraih omzet Rp6,2 miliar, pada 2016 naik menjadi Rp10,3 miliar, bahkan 2017 hingga Oktober lalu mencapai Rp12 miliar.

"Pengelolaan kami sudah dalam bentuk holding dan dikelola secara profesional. Potensi sekecil apapun kalau dikelola secara optimal akan menghasilkan hal yang luar biasa," ujar Joko.

Umbul Ponggok lanjutnya, adalah wisata kolam desa ini telah mendapatkan rata-rata sebanyak 50.000 pengunjung per bulan. Sehingga dari keuntungan tersebut, Desa Ponggok pun membuat program Satu Rumah Satu Sarjana. Yang mana dalam hal ini, satu anak dari setiap rumah akan dibiayai kuliahnya oleh desa.

"Dari sisi kesehatan, kalau ada warga yang sakit sudah tidak lagi mikir biaya. Pemerintah desa sudah meng-cover semua," lanjut Joko.

(Redaksi Solotrust)